Jangan Biarkan Kesempatan Hilang...segera Gabung di Bisnis Online yang Akan Booming ..Klik : www.superbambang.co.cc
Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai kebelakang tabir.
- Terus mengharapkan yang terbaik, maka kita akan menghasilkan yang terbaik.
- Jangan bersungut-sungut tetapi mengucap syukurlah senantiasa.

Rabu, 17 Maret 2010

Biarkan Payudaraku Tetap Basah

PERUT laper, kepala pusing, mata kunang-kunang, baru sampai di rumah sudah diberi perintah ” heit ! lewat pintu belakang aja, lepas sepatumu dan rendam situ di dalam air antiseptik ! ”, belum lagi dapat teriakan ” waaooo awas virus ! “.
Bisa gak sich ngebayangin gimana model sepatu merk Georgio Armani kalau tiap kali direndam diair antiseptik eh kulitnya pada lumer seperti kena ompol, sepatu jadi rusak!

Berteman dengan Helen emang nge-borosin, boros, boros and boros. Bayangkan saja datang 40 kali kedia hampir 11 pasang sepatu melayang ke bak sampah, mau tahu kenapa he..he..he..he !

Entah dech gue yang tolol atau terlalu pinter, yang terang komitmen saya “menghormati seorang manusia siapapun dia – titik ! “.Dan yang jelas saya gak mau masuk rumah orang dengan sepatu berkerudung plastik biru untuk perlindungan, bah aturan etiket apalagi ini !. Padahal gara-gara kontak dengan si Helen ini hampir saja hilang pekerjaan, belum lagi terbuka peluang terjangkiti penyakit AIDS bawaan, apes emang nasib gue.

Nah ini dia, yup ! mulanya hanya salah meja, salah pesan susu coklat sama muffin, dan mulanya juga berawal dari ribut-ribut dengan pelayan cafe. Akh malu-in banget. Gimana saya gak mencelat pesan susu coklat sama muffin yang datang malah segelas bier dan segelas Bacardi ! Gila gak !, gimana gak emosi, emang gue pemabok apa pagi-pagi sarapan bukannya bubur ayam kek tapi bier !, pecandu kali yang begini.

Orangnya sich gak cakep-cakep amatlah, apa-an wong matanya lebih kecil dari hidungnya. Mata layu menggantung dan kosong nelangsa. Tapi dari salah meja sama salah pesan makanan, gak nyangka si mata kecil hidung besar kini rajin kirim e-mail. Hem,… padahal ngeladenin dia lewat chatt kan bisa, tapi wuahh, sesek nafaslah ladenin topik pembicaraannya. Singkat kata dari salah meja dan pesanan ini akhirnya saya kerja untuk Helen.

” Tulis dengan huruf besar – tebal – SAYA TUNTUT DIA, ! “ perintah perempuan usia 35 -an tapi penampilannya sudah kayak 55-an itu.

Eh saya pikir, kurang ajar amat nich orang. Sudah kagak sopan duduk mengkangkang heit ! Pake bicara seperti itu, emangnya gue kacungnya apa.
Bicara belum masuk ronde setengah jam sudah minta ” mana methadone ! “, loh ini apa-apaan sih koq intimidasi dengan methadone, mulut saya mulai menyanyi, ” you mau mati kering of you mau mati terhormat dapat tanah sepetak – gratis, bilang aja dah ! “, kesal gue. Ini bukan masuk ke 27 kalinya lihat ulah urakan seperti ini sebab total hampir 40 kali sebenarnya. Empet banget dech.

Hem,… mana tiap kali belanja sepatu melulu lagi, gimana engga boros wong tiap kali mampir kerumah Helen, tiapkali urusannya berantem dirumah sendiri.

Pernah kunjungan ke 4 kali ke Helen, saya terpaksa harus menjalani ” test HIV ” lengkap dirumah sakit. Badan saya sampai kurus seperti terlihat beneran tertular penyakit AIDS, padahal hasil akhir tidak ada apa-apanya, My God untung ” clean “. Jadi rupanya badan saya sampai kering kerontang begitu gara-gara pikiran jangan-jangan ketempelan AIDS/HIV. Kejadiannya sebenarnya sepele saja. Suatu malam, sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati saya harus menjumpai Helen dirumahnya. Sore atau siang gak bisa, sebab jam jam begitu dia sudah teler, boro-boro ingat jam, untuk ingat waktu kapan dia makan saja selalu gagal. Mana hari itu cuaca dingin, hujan keras, angin keras laper belum makan kepala pusing nyut,..nyut, eh waktu bel dipencet pintu rupanya sudah terbuka. Saya masuk sambil ber – haloo….haloo,.. ” any body home ! “, sambil siap-siap tangan toets no.Polisi di Hp, sebab gak lucu nich ruangan mana gelap semua jendela gordennya ketutup, mana kucingnya sliweran sana sini, wuih,…gerah rasanya.

Belum sampai ruang tengah,………………gubraaaak !, kebanting jatuh saya. Sudah kepala kena kaki meja, pinggul kena ujung tembok, rak CD jatuh berantakan pula. Selidik punya selidik gak tahunya sebenarnya saya ” kepeleset jatuh “. Kepeleset bukan karena kulit pisang tapi kepeleset karena ” Condom yg isinya hampir 1/4 full dengan sperma “. Buuuaahhhh minta ampun !, nyebut saya dalam hati. Gusti Tuhan apa-apaan lagi nich.

Itu kondom yang ada isinya kececeran gak karuan dijubin, malah isinya sudah keluar semua gara-gara keinjak sepatu saya, dan mungkin sebagian sudah ada yang nempel dibetis saya kali, apalagi sepatu, walaaaaah bener-bener apes saya hari itu.

Cari punya cari kemana si Helen, gak taunya tuh orang sudah geletak dikamar mandi – telanjang dan mandi air kencing sendiri. Aduh !

Gak lama akhirnya Polisi dan ambulans datang. Ternyata Helen jadi korban keroyokan seks.

Helen punya suami, tetapi suaminya mengidap kelainan seks / penyimpangan seks. Dia cuma bisa nafsu dan orgasme kalau ” tidurin kuda atau kambing atau anjing “.

Hiiissssssss, gemeter rasanya kalau baca riwayat kesehatannya, tapi saya harus kuat sebab ini sudah tugas saya.

Suami Helen sendiri lebih senang tinggal dirumah yang ada peternakannya. Hitung-hitung jadi pekerja disana, he…he…he sambil kerja dia ” kerjain tuh hewan-hewan untuk kepuasan seksnya ” .
Suaminya sudah punya nama tetap di Polisi, habis sudah berapakali pemilik peternakan melapor karena hewan-hewannya mengalami perbuatan yang a susila peri-kehewanan, dicabulin sama suami Helen.
Hem…dalam hati dunia sudah terbalik nich .
Mereka gak terima kalau kudanya berkali- kali ditidurin sama suami Helen. Mereka juga bilang gara-gara kambingnya sering dicabulin sama suami Helen, akhirnya tidak bisa memberikan anak kambing 3 ekor, selalu 1 atau 2 ekor. Busyet dah !. Pengaduan yang unik.

Bukannya manusia yang dicabulin tetapi hewan yang dicabulin.

Sekarang saya kerja untuk Helen, berusaha supaya suaminya bisa mempertanggung jawabkan hasil perbuatannya pada Helen. Helen rupanya korban kekerasaan dalam rumah tangga. Selain dia menjadi korban ketularan HIV, dia juga diperas oleh mafia pelacuran.

Nah gara-gara kerja untuk Helen ini, saya hampir ditawari 500U$dollars sama lelaki perlente pakai mobil sport Jaguar. Gilaaa ! dia bilang cuma satu setengah jam. Kaya banget aku kalau mau 500U$dollars dalam satu setengah jam. Tekhnik apa yang harus gue pake supaya dollars tetap mengalir dikocek !. Gilaa ! Pikir punya pikir yaaa ampun maak gampang banget nyari duit.

Semuanya gara-gara saya masuk teritorium ” Zona Merah ” dimana si Helen bekerja.
Bukan hanya itu saja, malahan saya dikejar-kejar sama tukang pukul zona merah dan diancam lagi.
Satukali berhasil ketemu dengan ” Madame mucikari “ tempat dimana Helen bekerja, wah belum apa-apa malah di iming-imingin ” kerja disini enak koq , you punya body bikin lelaki ngiler “, persetan !.
Sampai suatu ketika Madame tahu siapa saya, baru mukanya gak naik seperti bakpao. Apalagi waktu Polisi datang menggerebek semua penghuninya dan menemukan ternyata semua positif HIV. Rumah bordil itu akhirnya ditutup / disegel oleh yang berwajib.

” Minta methadone dong ! “, begitu ucapan sapaan Helen setiap kali kalau ketemu daripada ngucapin selamat pagi kek, siang, malam atau thank you. Boro-boro.
Sekarang Helen bangkrut, pengangguran kelas penyakitan. Tapi dia senang karena terlepas dari kuku Madame mucikari. Terlepas dari suaminya yang sekarang mendekam didalam penjara karena tuntutan
” perlakuan semena-mena terhadap istrinya, pemerkosaan terhadap para kambing, kuda dan anjing “.
” Ha,..ha,..ha,..ha,… ” ngakak saya dalam hati.
Duh ! binatang levelnya naik daun, sedangkan si Helen yang notabene manusia sejati terlunta-lunta antara hidup dan mati. Emang bener-bener apes hidup Helen.

Hanya satu yang Helen tidak bisa menang, yaitu penyakit positif HIV-nya.

Terakhir saya melihat Helen yaitu pada hari minggu pagi tepatnya jam 9.15 dirumah sakit.
Helen dalam stadium akhir dari pergulatannya melawan ganasnya virus AIDS/HIV.
Lagi-lagi ” Methadone dong ! “, bisiknya. ” Ck,…ck,…ck, belum kapok ama methadone Helen ! ” timpal saya.

” Ssssstt kesini ! ” perintahnya, ” loe bawa lipstick gak sich, pake-in dong “, lemah sekali seperti tidak bertenaga.
Saya pake-in dia lipstick saya yang warna merah menyala, wow !,..Helen hidup lagi dia !,…ck,.. ck,…cantik amat dia. kemudian bubuhin sedikit parfum dilehernya. Sisirin rambutnya yang sudah rontok gak karuan-karuan. Dia meringis lihat wajahnya dikaca make-up kecil. Airmatanya meleleh membasahi tulang pipinya yang menonjol besar ketimbang daging dipipi.

Kata-kata Helen terakhir kali untuk saya sebelum jam 13.05 dia menghembuskan nafasnya yang terakhir. “ Minta methadone dong, aku kepingin pesta terus sampai aku mati. Jangan halangin aku. Aku ingin tetap bahenol seperti dulu, aku ingin tetap nge-seks seperti dulu, aku ingin orang-orang selalu nyelipin uang di lingeriku. Aku gak mau mati konyol bersedih, please ! “. Air matanya berlinang mengaburkan mata merahnya.

Dengan persetujuan dokter maka Helen mendapat untuk terakhir kalinya kenikmatan methadone, sebelum akhirnya benar-benar Helen terbang kealam sana, kenegeri seberang tempat akhir manusia menuju.

Setelah Helen berpulang, ember isi air antiseptik dibelakang rumah sudah dibuang, terus kalau masuk rumah bisa lagi dari depan. He,..he,..he…. Dan orang perlente yang pakai mobil sport Jaguar itu pernah sekali ketemu tidak sengaja di Arena tempat show untuk mobil.
Saya kira dia sudah lupa siapa saya, nyatanya salah ! Dia masih kenal saya, malah lancang-lancangnya lagi pake kedip-kedip-in matanya,…..hem….dasar bajingan !.

penjelasan ; Biarkan payudaraku tetap basah, adalah kiasan untuk – ” siap menerima apa yg sudah terjadi ”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar