Jangan Biarkan Kesempatan Hilang...segera Gabung di Bisnis Online yang Akan Booming ..Klik : www.superbambang.co.cc
Pengharapan itu sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yang telah dilabuhkan sampai kebelakang tabir.
- Terus mengharapkan yang terbaik, maka kita akan menghasilkan yang terbaik.
- Jangan bersungut-sungut tetapi mengucap syukurlah senantiasa.

Jumat, 24 Juli 2009

Kajian Elemen Indonesia

Indonesia, diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 antara jam 09.00 - 11.00. Kandungan elemen yang terbentuk dari hari proklamasi tersebut telah memetakan bazi kelahiran Indonesia yang unik dan menarik untuk dikaji. Melalui pengkajian atas elemen kelahiran ini, sebenarnya kitapun dapat membuat suatu kerangka acuan yang bisa dijadikan sebagai garis besar kebijakan nasional guna membantu merumuskan model, gaya, pendekatan dan langkah kepemimpinan yang diperlukan untuk memajukan negara ini.

Seperti apa kajiannya? Silakan simak paparannya…..

Berdasarkan perhitungan delapan karakter huruf kelahirannya, Indonesia memiliki formasi elemen yang terdiri atas 1 (satu ) Tanah, 2 ( dua ) Logam, 2 ( dua ) Kayu dan 3 ( tiga ) Api. ( lihat gambar ).

Elemen tanahnya yang berupa Tanah Positif adalah kedudukan yang merujuk pada posisi jatidiri. Dalam gambar terlihat sebagai huruf yang berwarna kuning dan berada di kotak tebal. Elemen inilah yang dapat kita jabarkan sebagai simbol jatidirinya bangsa dan negara kita, Indonesia. Secara kuantiĆ­tas tanah yang cuma satu-satunya ini sebenarnya lemah jika saja tidak ada kekuatan 3 Api yang mendukungnya. Dalam hukum transformasi elemen, sifat api adalah menghidupkan / melahirkan tanah. Jadi, Api inilah yang memegang peran kunci bagi kokoh atau tidaknya keberadaan elemen tanah. Api inilah yang melahirkan / memunculkan / menguatkan keberadaan jatidiri negeri kita. Yang mendirikan, membangun dan memajukan suatu negara adalah rakyatnya sendiri. Berarti Api dalam konteks ini adalah simbol / cerminan dari rakyat Indonesia. Tiga api menghidupkan 1 tanah. Tampilan huruf dari ketiga api ini berbeda satu sama lainnya ( lihat huruf yang berwarna merah di dalam gambar - red ). Api merupakan simbol dari sikap optimis, semangat, gelora & antusias. Kajian yang bisa kita baca dari formasi api dan tanah ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang majemuk, berasal dari berbagai suku, agama dan ras yang berbeda namun memiliki kecintaan yang dalam kepada ibu pertiwi juga sikap optimisme dan antusiasme yang tinggi untuk membangun dan memajukan negeri.

Saluran api ini terfokus ke 1 tanah. Ini berarti memperlihatkan tentang adanya satu bentuk monoloyalitas masyarakat Indonesia terhadap keberadaan negeri ini, berupa dukungan penuh bagi terciptanya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan sebagai negara federasi atau serikat. Secara kodrati, jati diri negeri ini sebenarnya terlahir lemah. Hanya diwakili oleh tanah yang cuma satu tapi berkat gelora dan rasa kesatuan persatuan rakyat dalam membela / memperjuangkan eksistensinya maka negeri ini dimungkinkan tumbuh berkembang menjadi negara yang kuat, asal saja tidak salah urus.

Dari formasi elemen yang ada didalam bazi kelahiran negeri kita ini, memungkinkan sekali terjadi human error atau pengelolaan negara yang salah urus baik dalam menggerakan roda pemerintahan maupun konsep perpolitikannya. Ini bisa kita lihat dari adanya 2 Kayu yang naik kepermukaan. Tampilan struktur bagannya terlihat sebagai dua huruf hijau yang berada di baris atas. Kayu merupakan Bintang Pengendali bagi tanah. Berarti kayu dalam hal ini merupakan gambaran dari pengelola negeri ini, yaitu pejabat politis yang ada dipemerintahan maupun para politikus lainnya. Keberadaan 2 Kayu ini adalah pemicu untuk membuat 3 Api besar berkobar, menjadi letupan api amarah. Artinya, secara kodrati, selain mempunyai semangat bela negara, cinta tanah air yang tinggi, sebagian rakyat Indonesia juga memiliki karateristik emosi yang labil seperti api yang mudah berubah ubah. Gampang terprovokasi oleh ulah dan strategi adu domba serta mudah ditunggangi / digerakkan / dimanfaatkan oleh para politikus. Bila ini sampai terjadi maka berpotensi sekali memunculkan terjadinya aksi amuk massa dan letupan kerusuhan disana sini. Begitu pula bila ada kebijakan politik yang tidak tepat, baik dibidang pendidikan, perburuhan, penegakan hukum yang tebang pilh maupun tindakan politik praktis yang dirasakan tidak berpihak kepada rakyat kecil, dapat membuat emosi massa tersulut. Itulah sebabnya mengapa sejarah negeri ini sering kali di tandai adanya aksi-aksi massa berupa pembakaran, kerusuhan rasial, demonstrasi anarkis, tawuran dan aksi brutal lainnya. Api yang seharusnya berperan bagus untuk menguatkan tanah ( baca ; memajukan negeri ), bila salah urus malah jadi sebaliknya, menjadi faktor penyebab yang membuat tanah menjadi kering, gersang dan retak. Maka terjadilah perpecahan, aksi sempalan dan gerakan ingin memerdekakan diri, kerusuhan dan aksi massa yang anarkis. Kearifan para politikus serta kepiawaian pejabat politis kita dalam mengelola negara yang sarat konflik ini, mutlak diperlukan.

Agar negara ini tidak salah urus, kerusuhan dan kekacauan tidak mudah terjadi, hendaklah harus di kondisikan sedemikian rupa. Api tidak boleh dibiarkan menjadi besar berkobar. Caranya adalah dengan menjaga / mengontrol secara ketat keberadaan 2 kayunya. Kedua kayu ini tidak boleh dibiarkan untuk bergerak bebas mengobarkan api. Elemen yang mampu menekan dan mengendalikan kayu adalah logam. Logam yang kuat praktis akan mampu meredam eksistensi kayu. Logam adalah elemen yang dihasilkan, dipelihara, dihidupi dan ditumbuhkembangkan oleh tanah. Tanah sebagai jatidiri,Indonesia otomatis merupakan manifestasi dari negara. Dalam praktek kenegaraan, yang harus dikembangkan oleh negara adalah kekuatan tentara / militer serta lembaga kepolisian dan perangkat hukumnya. Bagaikan anak yang harus dididik, dilatih dan ditempa kemandiriannya, begitulah seharusnya tentara/militer/polisi maupun perangkat hukum dinegeri ini diperlakukan oleh negara. Alat (anak) negara inilah yang merupakan perwujudan dari elemen Logam.

Dalam bazi Indonesia terdapat 2 Logam. Terlihat di bagan strukturnya sebagai dua huruf yang berwarna abu-abu. Cuma sayangnya posisi 2 Logam ini berada di bawah 2 Kayu. Maknanya, bila tidak dioptimalkan secara baik dan keberadaannya kurang diangkat oleh negara ( tanah ) maka peran logam ini akan menjadi kurang berdaya dan selalu berada dibawah pengaruh kayu. Sifat logam yang sejatinya mengendalikan kayu menjadi kurang efektif. Bila kondisi ini terjadi, dimana Logam tidak di berdayakan untuk tampil sebagai alat penekan kayu maka terjadilah over supply kayu yang dapat menimbulkan efek api menjadi besar berkobar. Tentu saja ini berbahaya bagi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Sekali lagi, bila ini sampai terjadi dimana ranah politik seakan menjadi sosok kekuatan baru yang tak tersentuh oleh hukum.maka inilah yang dikonotasikan sebagai salah urus negara seperti yang saya paparkan di atas.

Tegasnya, jika perangkat politik dikondisikan menjadi perangkat kuat yang mempunyai kekuasaan penuh untuk menyetir negeri ini dan keberadaannya nyaris tak bisa dibendung oleh kekuatan/pengaruh tentara / militer, polisi maupun supremasi hukum maka ini bisa menjadi langkah blunder, khususnya buat negara kita, yang berdasarkan perhitungan elemen kelahiran memiliki 3 api dan 2 kayu. Ini akan membuat kita mundur kebelakang, kembali lagi ke massa awal revolusi fisik yang penuh dengan konflik ideologi, gejolak aksi massa dan letupan-letupan emosional didalam kelompok masyarakat.

Sejak gelombang aksi reformasi berhasil mengulingkan kekuasaan orde baru, kekuatan militer / tentara dibatasi. Militer / tentara dan polisi dikebiri menjadi alat negara yang dikandangkan ke barak. Tidak boleh lagi masuk dan menyentuh keranah politik. Berarti peran logam sudah tidak bisa lagi mengendalikan kayu. Terlebih lagi bila (‘seandainya’) perangkat penegakkan hukum seperti polisi dan dunia peradilan kita juga ikut-ikutan diperkedil dan dibatasi ruang geraknya tidak boleh menangani kasus-kasus yang sarat muatan politiknya, maka semakin jadilah predikat salah urus ini. Seperti misalnya kasus pemeti es-an masalah kesisruhan DPT pilkada ulang gubernur Jawa Timur, yang berujung pada pengunduran diri Kapolda Jatim. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa memang ada upaya pengkerdilan fungsi elemen logam di negeri ini. Fakta yang terjadi sudah memperlihatkan kepada kita akan efek dari salah urus ini. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa paska reformasi, yang namanya kerusuhan, tawuran dan aksi massa yang anarkis menjadi sajian sehari-hari yang mewarnai kehidupan di negeri kita sekarang ini. Dan langkah hukum untuk menindaklanjuti hal inipun nyaris tak terdengar.

Siapapun yang nanti akan memimpin negeri ini semoga bisa menemukan formula sistem demokratisasi yang tepat dan pas buat negeri ini, tanpa harus mengadopsi secara penuh model yang ada di negara lain. Yang cocok di negeri lain belum tentu pas dan cocok bagi kita. (bt/st.)

Note :

* Ini adalah artikel orisinil penulis yang pernah di muat dalam rubrik Fengshui Mingguan KONTAN pada edisi Jumat 3 Juli 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar